Terik panas matahari cukup terasa oleh ku dari balik jendela saat ini, pantulannya sangat nyata menimbulkan riak seperti air namun berasap pada jalan aspal yang sedang kutatap. Beberapa pengendara motor sepertinya sangat ingin menyegerakan sampai ditujuan entah karena panas atau alasan lain, hanya deru knalpot yang kudengar mengisyaratkan dia sangat ingin cepat-cepat menyudahi perjalannya.
Beberapa orang pejalan kaki kulihat mengernyitkan dahinya, hampir pasti dia mencoba sedikit menepis silaunya pantulan panas matahari dari aspal yang terpanggang. Tak lama berselang suara truk berhenti tidak jauh dari titik pandang aku, dia berhenti sebelah kanan jendela yang sedang ku pakai bersembunyi dari terik itu.
"Ayo...ayo...kawan !" Kudengar suara lantang menyeruak dalam terik panas dan hawa aspal yang terpanggang, yang disahuti beberapa suara lainnya yang mengiyakan, dari suaranya kudengar mereka sedang gembira dan semangat.
Tergelitik hati ini untuk melirik pada mereka, subhanallah..., rupanya mereka bersemangat untuk menaikan tumpukan pasir ke bak truk yang tadi berhenti...
Semua semangat...,bertenaga..., terlihat rona wajah kegembiraan dalam raut kemerahan dan bercucuran keringat, tanpa baju tanpa alas kaki mereka melakukan itu semua. Ada harapan besar pada tatap matanya, akan beberapa lembar rupiah saat semua tumpukan yang tadinya di pinggir jalan berpindah ke dalam bak truk.
Benar saja selang beberapa menit kemudian... "Ok sip.., kamu tutup bak-nya, kamu ratakan atasnya..", kata salah seorang dari mereka seraya menghampiri seseorang yang berada di dalam warung kecil sebrang jalan..."Beres boss...", katanya sambil tertawa riang mengiringinya saat yang dipanggil boss itu berdiri dan memberikan beberapa lembar rupiah. Dia mengacungkan uang itu pada teman-temannya yang sebagian sedang mengusap peluh pada muka dan badannya yang mengkilat terbakar matahari, mereka menyambut dengan mengacungkan jempol dan tertawa saling melirik. Diantara mereka ada yang melihat kanan kiri melemparkan pandangan pada jalanan yang masih juga memberikan warna seolah aspalnya sedang mendidih, aku yakin pandangan itu mengharapkan akan adanya truk pasir yang mau mereka muati lagi.
"Astaga..., lagi melihat mereka.." Kata ku dalam kaget saat kawan menepuk bahuku dan bertanya sedang apa duduk dibalik jendela. Coba kawan amati mereka penuh semangat padahal hari panas begini, kataku pada kawan yang kemudian duduk disebelahku, "iya mereka sudah biasa lah..."
Benar..., sahutku sekenanya, mereka sangat menjadi terbiasa ketika hujan dan panas mendera, mereka tak perlu absensi ya, tak perlu ada aturan tapi bisa saling menghormati di antara teman dan kawannya, ujarku sambil sedikit merubah tempat dudukku yang menjadi sedikit menghadap kawan ku.
Teman..., coba fikirkan sedikit saja yu, apa yang sudah kita lakukan agar terbiasa seperti mereka ?, apa kita berusaha membiasakan, menjelekan, mengeluh, iri sama teman, atau bahkan bersembunyi saat tekanan dan panas menghampiri dalam bekerja itu ?
Kenapa mesti seolah-olah harus ada kambing hitam, ada pembelaan dan pembenaran saat cobaan mendera, apakah ini kebiasaan yang lahir dari membiasakan diri ?
Semoga kita terbiasa tegar menghadapi cobaan, dan tidak biasa lari darinya, tidak sigap mencari alasan dan tidak trampil mencari kambing hitam, namun kita jeli menemukan jalan keluarnya dalam sabar yang sebenarnya karena sabar adalah aktif bukan pasif, dan penuh keberanian bukan nekad
Ayo teman..., kutepuk dia saat adzan mulai terdengar....
Walahualam
(Tanjung Enim/181009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar